Resensi Novel "Remember When"

Remember When

 

Penulis                        : Winna Efendi
Editor                          : Samira dan Gita Romadhona
Penata Letak              : Wahyu Suwarni
Desainer Sampul      : Dwi Anissa Anindhika
Penerbit                      : Gagas Media
Tahun                           : 2011
Ukuran Buku               : 13 × 19 cm


Remember When bercerita tentang empat orang remaja, dua lelaki dan dua
perempuan, yang keempatnya merupakan sahabat dekat di salah satu SMA di Jakarta.
Keempat orang tadi, masingnya mempunyai nama serta kepribadian yang berbeda.
Dimulai dari Freya, seorang perempuan cerdas, antisosial, apa adanya, dan cuek.
Dikisahkan, Freya adalah teman baik Gia, perempuan cantik yang popular di sekolahnya,
dan merasa kenyamanan dirinya selalu dia temukan saat sedang melukis.
Sedangkan dari pihak lelaki, ada namanya Moses, lelaki dengan tipikal
perfeksionis, disiplin, kaku, sulit mengekspresikan diri, bertanggung jawab, dan pintar.
Lalu lainnya bernama Adrian, lelaki yang kepribadiannya bertolak belakang dengan
Moses. Adrian adalah lelaki yang mempunyai olahraga basket, dan lumayan popular di
sekolahnya. Kepopuleran Adrian didapat karena dirinya yang memnag berwajah tampan,
dan hobby olahraga yang dia sukai. Dua hal ini membuat banyak sekali perempuan di
sekolahnya yang menyukai Adrian.

Selayaknya para sejoli, mereka pun sebenarnya sama-sama memendam perasaan
cinta. Sampai suatu hari, Adrian berpacaran dengan Gia. Sedangkan Moses, dengan
Freya. Mereka berempat adalah seperti role model dalam dunia sekolah mereka. Tidak
apa hubungan yang terlihat semanis hubungan mereka. Apalgi, masing-masingnya punya
kehebatan di berbagai bidang.

Freya, yang merupakan perempuan dengan sifat antisosial, merupakan perempuan
yang tidak begtu akrab dengan orang lain, bahkanpun dengan sahabatnya sendiri, Adrian
–yang merupakan kekasih Gia. Sampai suatu ketika, datang saat di mana Adrian pergi
bersama Freya, berdua, ke kafe di mana menjadi kafe langganan tempat mereka semua
biasa double date. Itulah pertama kalinya Adrian merasakan rasa nyaman ada di dekat
Freya. Mereka berdua pergi bersama karena Moses, kekasih Freya, sedang sibuk dengan
bimbingan belajarnya, dan Gia, kekash Adrian, sedang ada di sanggar lukisnya.
Hari demi hari banyak sekal perubahan yang terjadi pada hubungan mereka
semua. Apalagi sejak Moses merupakan bagiian inti dari anggota Osis, membuat Freya
merasa dinomorduakan. Begitu pula dengan Adrian. Dia merasa berdosa setelah banyak
sekali melaukan kebohongan-kebohongan kecil pada Gia. Apalagi, Adrian merasa sangat
berdosa setelah tau kenyataan bahwa dirinya sudah meniduri Gia.

Freya kemudian berpikir untuk segera menyudahi apa yang ia anggap salah. Maka ia
berhati-hati sekali membicarakan apa yang sudah mereka perbuat pada Adrian.
Freya ingin apa yang sudah ia rasakan pada Adrian, hilang, akhirnya Adrian dan Freya berjanji
untuk menyudahii segala hal yang terjadi pada hati mereka.
Namun, ketika Freya perlahan berhasil melakukannya, tidak demikian dengan
Adrian. Adrian justru berkata yang sebenanrnya pada Gia, kekasihnya, yang mana
membuat masalah semakin rumit. Gia merasa terpukul mendengar apa yang Adrian
katakana. Lebih-lebih mendengar bahwa perempuan yang membuat Adrian nyaman
adalah sahabatnya sendiri.

Waktu terus berjalan dan hari kelulusan akhirnya tiba. Lagi lagi Moses mendapat
nilai terbaik di sekolahnya. Pada saat itulah, Moses bertekad bulat untuk meminta maaf
pada Freya, memaafkan Adrian dan berusaha mengembalikan persahabatannya dengan
Adrian yang sempat mati agar bisa bersemi kembali. Akhirnya mereka berdua berpisah
karena beberapanya melanjutkan pendidikan di luar negri. Hubungan mereka sedikit
membaik meskipun tidak sepenuhnya.

Pesan: Novel yang lumayan bagus, meskipun tidak masuk dalam kategori sangat
bagus. Cerita yang cenderung sedikit konflik membuat novel ini banyak
membosankannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Cerita Pendek "Penulis Tua"

Resensi Cerpen "Cinta Adalah Kesunyian"

Resensi Novel "Perihal Gendis"