Resensi Novel "Kubah"
Pengarang :
Ahmad Tohari
Tebal :
211 halaman
Tahunterbit :
2012
Cetakan :
Cetakan keempat (edisi baru)
Penerbit: :
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sesungguhnya karman masih keturunan priyayi.
Namun, sejak ia ditinggalkan ayahnnya, pak Mantri ia hidup sengsara bersama ibu
dan adik perempuannya. Ayahnya., pada saat memasuki zaman perang kemerdekaan,
diciduk para pemuda pejuang karena ia lebih suka menjadi recomba dari pada ikut
perang gerilya. Sejak saat itu tidak terdengar lagi kabar beritanya. Bagi
Karman, itulah awal kehidupan yang penuh derita. Keadaan demikian itu
berlangsung sampai beberapa tahun lamanya. Dengan di Bantu kader pki lainnya
Margo, karman hendak di jadikan kades merasa. U7saha kedua anggota pki itu
dimungkinkan pula dengan di tolaknya lamaran Karman kepada Ripah oleh Haji
Bakir. Padahal, penolakan itu sebenarnya hanya karena lamaran Karman
datang terlambat. Waktu itu, Rifah sudah
lebih dulu di lamar Abdul Rahman, anak keturunan pakista, saudagar batu akik.
Kini Karman sudah menjadi salah seorang kader pki. Namun, Karman kini tidak
lagi seperti dulu, yang diketahui Haji Bakir sekarang adalah ia kader pki yang
sudah meninggalkan masjid dan sembahyang. Inilah yang menjadi alasan ditolaknya
lamaran Karman yang kedua kalinya. Ia kecewa kembali, dendam pun makin
berkobar. Saat itulah, Margo dan Triman kembali beraksi. Mereka mengangkat
Karman sebagai sekretaris partindo.
Kehadiran gadis Marni sedikit mengobati luka hati Karman. Tak lama
kemudian, ia mengawininya sampai di karuniai tiga orang anak. Sejalan dengan
itu, ia juga makin aktif dalam kegiatan partainya. Pada saat setelah pecah
pemberontakan pki, Karman tiba-tiba saja menghentikan kegiatannya. Terlihat
pula ia mulai rajin ke masjid. Penumpasan sisa-sisa anggota PKI makin gencar
dilakukan. Akhirnya ia memutuskan untuk kabur, setelah mendengar Margo
dieksekusi. Triman juga tertangkap dan siap didor. Pelarian karmantak jadi
dilaksanakan. Setelah bersembunyi lebih dari sebulan lamanya, ia tertangkap
dalam keadaan sakit parah oleh karena keadaanya yang demikian itulah, aparat
keamanan yang menangkapnya tak tega membunuhnya. Ia lalu di buang ke pulau Buru dan sadar.
Dengan berat hati Karman merelakan maksud istrinya untuk menikah lagi. Setelah
Karman di bebaskan, ia kembali di bebaskan, ia kembali ke desanya di pagetan.
Kedatanganya ini membawa kesadaran baru sebagai manusia beragama. Penerimaan
itu makin nyata ketika tini, anaknya, menikah dengan Jabir, anak Rifah. Karman
benar-benar bertobat. Pertobatannya itu di wujudkan dengan mempersembahkan
sebuah kubah untuk masjid desa itu. Sebuah kubah yang berhiaskan kalimat “hai
jiwa yang tentram, yang telah sampai kepada kebenaran hakiki. Kembalilah engkau
kepada Tuhanmu.l maka masuklah engkau ke dalam barisan hamba-hamba ku”. Dengan
langkah itulah ia berharap akan mendapatkan martabatnya sebagai manusia.
KOMENTAR :
Novel Kubah karya Ahmad Tohari menghadirkan kembali suasana sekitar
tahun 60-an, khususnya menjelang dan awal sesudah pecah pemberontakan PKI.
Dalam hal itulah, Kubah terasa menjadi sangat menarik. Bagaimana kader –kader
PKI menjerat dan mencari pengikutnya, praktek mencari masa dengan menghalalkan
berbagai cara. Gambaran yang menimpa diri tokoh Karman, misalnya, sesungguhnya
hanya salah satu contoh, betapa tidak sedikit korban yang terperangkap oleh
siasat halus yang dijalankan PKI. N amun cara yang halus tersebutlah yang
membuat Karman tidak sadar bahwa ia sebenarnya telah masuk perangkap PKI.
Pelajaran yang bisa diambil dari novel tersebut adalah seorang yang seharusnya
berpegang teguh pada tali agama karena dengan demikian akan terhindar dari
paham yang bertentangan dengan agama kita.
Komentar
Posting Komentar