Resensi Kumpulan Puisi "Di Hadapan Rahasia"





Judul Buku : Di Hadapan Rahasia
Pengarang : Adimas Immanuel
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 2015
Tebal : 104 hlm

Di Hadapan Rahasia merupakan buku kumpulan puisi yang ditulis oleh penyair Adimas Immanuel. Di dalam buku tersebut terdapat 70 puisi, yang mana puisi-puisi itu kebanyakan berangkat dari lukisan klasik milik seseorang. Membaca Di Hadapan Rahasia, kita seperti berjalan di dua buah kesulitan yang terkadang bisa kita lampaui, namun terkadang tidak. Kesulitan tersebut, utamanya, ada pada puisi-puisi yang berangkat dari lukisan seseorang. Terkadang, kita menebak isi puisi dan kita menganggap tebakan kita benar. Namun, karena kita tidak memahami arti lukisan yang dimaksud, bisa jadi apa yang kita anggap benar tersebut ternyata salah.
Laut tak pernah bilang ia paling setia,
tapi ikan – ikan kecil, batuan karang,
nelayan dan ganggang menyadarinya.
Hutan tak pernah bilang ia paling setia,
tapi serangga, hewan-hewan pengerat,
pohon-pohon dan sungai mengakuinya.
Tidak semua puisi dalam kumpulan puisi tersebut sukar dipahami. Salah satu yang mudah dipahami, adalah contoh di atas. Dan ketika membaca puisi tersebut, saya merasakan betapa ada energi yang mengalir di dada. Ada kepuasan ketika membaca satu tulisan yang menurut saya, ditulis dengan indah tersebut. Adimas, piawai dalam merangkat diksi per-diksi menjadi sebuah puisi pendek yang meski berkali-kali dibaca, justru semakin jatuh hati saya di dalamnya.
Meski pada akhirnya kita harus menyadari, ada satu lagi kesulitan yang saya jumpai ketika membaca puisi ini. karena berangkat dari sesuatu yang klasik, nampaknya penulis puisi benar-benar banyak menaruh hal-hal lawas di dalamnya. Termasuk dalam judul-judul puisi yang ada di sana. Ada banyak sekali puisi yang menggunakan Bahasa Indonesia lama yang bahkan saya seperti tidak pernah mendengar kata tersebut. Saya sampai menggunakan Kamus Bahasa Indonesia demi bisa tahu dan menikmati isi yang dimulai dari judul-judul itu.
Apa itu mengganggu kenyamanan membaca? Tentu tidak. Justru, selepas saya tahu artinya, itu menambah rasa betapa klasik amat sangat mengena di dalamnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Cerita Pendek "Penulis Tua"

Resensi Cerpen "Cinta Adalah Kesunyian"

Resensi Novel "Perihal Gendis"