Resensi Novel "Dian Yang Tak Kunjung Padam"


Dian yang Tak Kunjung Padam



Pengarang  : S. T Alisyahbana
Penerbit  : Dian Rakyat
Tahun Terbit  : Cetakan ke dua puluh 2004
Tebal   : 156 halaman  

Sinopsis :
          Yasin merupakan anak tunggal dari keluarga uluan. Dia seorang pemuda yang baru berumur dua puluh tahun. Setiap hari Yasin dan ibunya berjualan hasil kebun ke enam belas ilir. Ia berjualan dengan menggunakan perahu melewati aliran sungai Musi. Suatu pagi ketika perahu Yasin melewati sebuah rumah besar, ia melihat seorang gadis yang termashur cantik. Gadis itu bernama Molek. Molek merupakan anak dari Raden Mahmud yang terkenal kaya dan pedagang yang terkenal dan ibunya bernama Cek Sitti. Molek merupakan perawan bangsawan yang baru berumur 17 tahun. Ia anak ketiga dari tiga bersaudara. Molek seorang gadis rendah hati, pengiba dan penyayang.
 Tanpa saling mengenal, Yasin dan Molek saling jatuh cinta. Suatu hari ketika yasin dan ibunya sedang di kebun para, tiba-tiba saudara yang bernama Muluk datang. Muluk disuruh bapak dan kakak Thalib menjemput Yasin dan ibunya. Sembilan hari lagi majid akan menikah dengan anak haji Tohir. Keesokan harinya Yasin, ibunya dan Muluk pergi ke Gunung Megang untuk mengunjungi ke makam kaum kerabatnya dan keesokan harinya lagi mereka membersihkan rumah Yasin Dalam beberapa hari pernikahan hanya disiapkan. Namun pada saat pernikahan dimulai, Yasin malah termenung selalu memikirkan Molek. Ia takut cintanya kepada Molek tidak terbalaskan. Dalam keramaian ia merasa sendiri. Yasin sadar bahwa cintanya kepada Molek banyak alangannya. karena perbedaan keturunan. Ibu Yasin pun merasa sedih dengar nasib perantauan anaknya itu. Hari terakhir pada peralatan itu berangkatlah Yasin dengan kereta api petang ke Gunung Megang. Di Gunung Megang malam itu yasin tidur sendiri di rumahnya. Ia tidak mau pergi ke rumah saudara sepupu ibunya. Karena ia ingin mengasingkan dirinya. Esoknya ia ingin menemui Molek. Ia ingin mengetahui apakah citanya dibalas oleh Molek atau tidak. Pada malam itu ia memikirkan bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya kepada Yasin setelah lama berpikir, Yasin menemukan ide bahwa untuk mengungkapkan perasaan itu yaitu dengan menulis surat. Hari itu Molek bangun sedia kala. Ketika ia pergi ke kamar mandi, ia menemukan sepucuk surat yang terselip. Ia sangat kaget, kemudian perlahan-lahan ia membaca surat dari Yasin itu. Setelah membaca surat itu, Molek menjadi bahagia. Ternyata ia pun mencintai Yasin. Namun kebahagiaan itu terhempas oleh perbedaan keturunan antara Yasin dengan Molek. Sejak berumur sebelas tahun Molek dipingit oleh orang tuanya. Molek menyimpan surat berharga itu diantara lipatan bajunya, kemudian ia membalas surat dari Yasin. Dalam surat itu Molek menyatakan bahwa ia pun mencintai Yasin. Surat itupun diletakan di suatu tempat tepian. Akhirnya pada suatu hari mereka ketemuan. Mereka saling berpandangan dan melepaskan rindu. Namun pertemuan tidak lama, karena kalau ketahuan celakalah mereka. Keesokannya pesirah thalib mengajak ibu Yasin pergi ke rumah ayahnya untuk mempercakapkan maksud mereka. Mereka setuju dengan putusan itu dan dua hari sesudah itu berangkatlah ibu Yasin, bapa dan mertua pesirah Thalib, Muluk dan Yasin ke Gunung Megang. Di Gunung Megang lima hari lamanya mereka berunding dengan bibi Munah. Dalam waktu itu yasin sering berziarah. Setelah berunding, mereka pergi ke Palembang. Tiba di Palembang mereka pun tidak berlabuh di enam belas ilir, dekat rumah Raden mahmud, melainkan di muka benteng dekat pangkalan di muka rumah Residen. Selang beberapa waktu ibu Yasin, bibi Munah, ayah dan bunda pesirah Thalib datang meminang Molek. Tapi mereka pulang dengan tangan hampa, karena Cek Sitti berterus terang bahwa Molek tidak dapat diserahkan kepada orang Uluan. Jodohnya mesti seorang bangsawan. Molek sangat sedih mendengar keputusan ibunya itu. Sikapnya pada ibu dan ayahnya jadi berubah. Ia menangis dan menangis akhirnya ibunya tahu, kalau Molek menangis karena ibunya menolak pinangan keluarganya Yasin. Setelah tahu hal itu, ibunya Molek menjadi marah dan murka. Kemudian ia pun memberitahu Raden Mahmud. Ayahnya sangat marah kepada Molek. Ia ditampar, ditempeleng dan mengatai Yasin dengan kata-kata yang pedas. Molek dibenci oleh orangtuanya, seolah-olah ia melakukan dosa besar. Ayahnya mengancam, kalau Yasin datang lagi menemui Molek, maka ia akan binasa. Setelah orang tuanya pergi, Molek mulai membaca surat dari Yasin. Isi surat itu menyatakan kalau keluarga Yasin telah meminang Molek. Tetapi pinangan itu ditolak. Jadi Yasin memutuskan untuk melepaskan Molek. Setelah selesai membaca surat itu, kemudian Molek membalas. Isi surat balasan itu menyatakan bahwa Molek tidak mau ditinggalkan Yasin, dan sabar menunggu. Sejak menerima surat balasan dari Molek, Yasin tidak ingin lagi meninggalkan Molek. Waktu terus berjalan, Raden Mahmud dan istrinya bertambah lama bertambah lupa dengan kasalahan Molek. Molek sendiri pun telah jauh berkurang amarahnya kepada orangtuanya. Pada suatu hari Molek dipinang oleh Syaid Mustafa, seorang arab yang ternama kaya dan berharta di kota Palembang. Pinangan itu diterima. Molek danYasin putus asa dengan keadaannya. Pada malam esoknya ia akan dikawinkan, Molek ingin bertemu dahulu dengan Yasin. Akhirnya merekapun bertemu. Mereka saling melepas rindu. Namun ketika pertemuan itu berlangsung tiba-tiba ombak menghantam perahu Yasin sehingga mereka berpisah. Sejak menikah Molek sering termenung dan sendiri. Suaminya tidak mencintai, ia sering ditinggal suaminya itu. Ternyata dia hanya ingin menguasai harta dan kekayaan orang tua Molek saja, bahkan suaminya itu tak menafkahinya sehingga ia sangat menderita. Molek meminta maaf karena telah menikah dengan laki-laki lain. Perlahan Yasin mengangkat tubuh Molek dan memeluknya. Sambil berkata bahwa Molek tidak bersalah. Tapi Molek tiba-tiba menjadi kasar kepada Yasin. Ia menyuruh Yasin untuk pergi, Yasin terkejut dengan sikap Molek. Ia pun pegi meninggalkan rumah Molek. Ia tidak berputus asa untuk menunggu surat dari Molek. Ia pun pergi ke tepian rumah Molek. Tiba-tiba ia terkejut suatu bayangan manusia naik dari tangga dan terus masuk ke pintu yang terbuka. Yasin tahu, kalau yang masuk itu adalah Molek.sekejap pintu itu tertutup kembali. Tanpa sadar ia menangis dan firasat hatinya mengatakan bahwa Molek telah meninggalkan ia untuk selam-lamanya. Setelah kejadian itu, ia menemukan sebuah surat terakhir dari Molek. Isi surat itu yaitu demi menjaga kemuliaan cintanya kepada Yasin lebih baik ia berputih tulang. Surat pertama dari Yasin ia bawa ke liang lahatnya dan Molek pun menulis kalau ia akan menunggu Yasin di akhirat. Yasin ingin menggagalkan niat kekasihnya itu namun ia gagal. Esoknya ia mengetahui kalau Molek telah meninggal dunia. Beberapa hari Yasin tinggal di kuburan Molek bersama-sama dengan orang yang mengaji buat arwah Molek, beberapa hari sesudah itu hilanglah Yasin dari dusun kecil itu dan tak seorang pun tahu kemana peginya Yasin. Pada suatu tempat rimba lebat di gunung Seminung, di pekan dusun Sukau tinggalah seorang laki-laki telah lanjut dan ia adalah Yasin. Disana Yasin bersahabat dengan anak muda yang bernama Rahman. Kalau Rahman membawa dagangan ke ranau ia selalu mengunjungi Yasin, lelaki yang lebih tua darinya. Pada suatu Rahman membawa seorang gadis ke pondok Yasin. Ia melarikan gadis perempuan itu. Kisah percintaan Rahman dengan gadis itusama dengan kisah percintaanYasin dan Molek. Esoknya Rahman membawa gadis itu pergi ke Kroi. Yasin pun teringat dengan Molek, malam itu ia mendapat kemenangan dan ketenangan dalam hidupnya. Yasin menjadi orang tua yang saleh dan taat beribadah. Suka menolong siapapun dengan segala tenaganya tanpa pamrih. Hidupnya aman dan sentosa seakan-akan setiap waktu disinari oleh cahaya Illahi.  

 
KOMENTAR : Ada beberapa amanat yang dapat kita ambil, yaitu cinta itu tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa dium oleh hidung. Cinta hanya bisa dirasakan oleh hati yang paling tulus maka cintailah seseorang itu bukan karena parasnya, keturunannya, hartanya ataupun derajatnya tapi cintai ia dengan ketidaksempurnaannya karena tidak akan kita temui manusia sempurna di dunia ini. Di dunia ini banyaklah yang terjadi menurut pikiran dan kira-kira kita tetapi jangan manjdi putus asa. Teruslah berusaha dan berpasrah kepada Allah karena Allah tidak selalu berikan apa yang kita inginkan tetapi Allah selalu berikan apa yang kita butuhkan. Cinta yang suci itu diridhoi oleh Allah. Cinta yang tulus lebih berharga dari apapun yang paling berharga di dunia ini. Manusia harus sabar dan tawakal menghadapi segala macam cobaan dan penderitaan keran sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan. Kebahagiaan yang abadi terletak dalam hati dan terlepas dari segala ikatan di dunia.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Cerita Pendek "Penulis Tua"

Resensi Cerpen "Cinta Adalah Kesunyian"

Resensi Novel "Perihal Gendis"