Resensi Novel "Katak Hendak Menjadi Lembu"
- Judul buku = Katak Hendak Jadi Lembu
- Penulis = Nur Sutan Iskandar
- Penerbit = Balai Pustaka
- Kota terbit = Jakarta
- Tahun terbit = 2008
- Cetakan = ke-11
- Jumlah halaman = 224 halaman
- ISBN = 979-407-158-74
- Sinopsis novel Katak Hendak Jadi Lembu
Haji
Hasbullah dengan berat hati harus menerima lamaran Haji Zakaria yang
hendak mengambil Zubaidah untuk mejadi istri dari anaknya yang bernama
Suria. Haji Hasbullah berat menerima lamaran, karna ia sebenarnya sudah
mempunyai calon untuk Edah panggilan untuk Zubaedah anaknya, yaitu Raden
Prawira, seorang Manteri Polisi. Keberatan Haji Hasbullah yang lainnya,
karena Suria di matanya dianggap sebagai seorang pemuda yang pongah,
sombong, foya-foya, serta egois. Tapi karena Haji Zakaria adalah teman
karibnya, jadi dia tak kuasa menolak ketika Haji Zakaria datang hendak
melamar Edah sebagai menantunya. Ketakutan
Haji Hasbullah memang terbukti, kelakuan Suria tidak berubah sedikitpun
setelah menikah, Apalagi setelah ayahnya, Haji Zakaria meningggal
dunia, Suria kerjanya hanya berfoya-foya saja, anak istrinya tidak dia
hiraukan. Malah lebih jauh lagi, Zubaidah, istrinya yang dia tinggalkan
selama tiga tahun padahal istrinya baru saja melahirkan anaknya, yang
mereka berinama Abdulhalim. Suria baru kembali kepangkuan istrinya,
setelah harta warisan ayahnya itu sudah habis ia gunakan untuk
berfoya-foya. Dia memohon dan meminta maaf kepada Zubaedah agar dia
diterima lagi dalam keluarga itu. Permohonan dikabulkan oleh Zubaedah
karena rasa kasihan dan berharap bahwa memang betul-betul Suria
nantinya akan merubah tingkah lakunya yang kurang baik itu. Kemudian
Suria bekerja sebagai juru tulis di kantor asisten kabupaten.
Penghasilan pas-pasan, sehingga sulit untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari keluarganya. Sebagai orang tua yang baik, Haji Hasbullah
membantu anaknya dengan cara menyekolahkan Abdulhalim ke sekolah
Belanda. Penghasilan Suria sebenarnya
masih sangat pas-pasan. Tapi kelakuan Suria masih tetap saja tak
berubah-berubah, sifatnya yang keras kepala, tak tahu malu, serta
selalu masih merasa sebagai seorang bangsawan yang kaya dan dihormati
masih saja tertanam dalam kepalanya. Biar dilihat oleh orang-orang bahwa
dia termasuk keluarga mampu, kedua anaknya, adik Abdulhalim yaitu
Saleh dan Aminah oleh Suria di sekolahkan ke HIS Bandung. Padahal
Zubaedah pusing akibat kelakuan suaminya yang tidak tahu diri itu.
Mereka suka bertengkar mulut, sebab secara diam-diam Zubaedah mengeluh
pada ayahnya dan minta dikirimi uanga agar bisa bayar hutang dan
membiayai sekolah kedua anaknya.
Rupanya
Suria sudah punya rencana sendiri kenapa dia selalu acuh tak acuh. Tak
lama lagi Suria akan diangkat menjadi Klerek karena ada lowongan untuk
itu dia telah melayangkan lamaran untuk lowongan itu. Dia begitu yakin
akan dterima. Karena yakin Suria berani membeli barang-barang lelang
dikantornya, yang tentu saja dengan hutang. makin lama hutangnya makin
menggunung saja. Yang lebih fatal lagi, rupanya Suria telah mengambil
uang kas guna keperluan yang tak pernah terpuaskan itu. Kelakuannya
ketahuan atasannya sehingga dia dipanggil. Waktu dipanggil itu, karena
memang sudah direncanakan, dia sudah menyiapkan surat berhenti setelah
berhenti menggelapkan uang kas negara maka dia akan membawa anak
istrinya pindah ke rumah Abdullhalim anaknya. Dia sudah menulis surat
kepada anaknya itu bahwa dia dan istrinya hendak tinggal di rumah
Abdullhalim.Sebagai anak yang
hendak berbakti kepada orang tuanya, jelas Abdullhalim tak merasa
keberatan kalau kedua orang tuanya bermaksud tinggal di rumahnya.
Setelah beres-beres, Suria dan istrinya langsung berangkat ke rumah
Abdulhalim. Rupanya tingkah laku pola Suria betul-betul tak pernah
berubah, walaupun dia jelas-jelas tinggal di rumah anaknya dan sekaligus
menantunya itu, namun Suria merasa dialah sebagai kepala rumah tangga
dalam rumah tangga itu. Yang paling menderita melihat tingkah laku
Suria yang diluart batas itu adalah Zubaedah. Hatinya hancur lebur,
karena kehidupan keluarganya berantakan akibat ulah suaminya itu.
Akibatnya Zubaedah sakit-sakitan sampai meninggal dunia dengan
menanggung penderitaan batin yang teramat dalam. Kesadaran Suria
baru muncul, yaitu ketika istrinya meninggal itu. Dia merasa malu yang
dalam , karena telah mengganggu kedamaian kehidupan Zubaedah istrinya
itu. Karena merasa malu dan menyesal, Suria kemudian mengambil keputusan
meninggalkan keluarganya dan pergi entah ke mana tanpa tujuan. Dia
hilang pergi entah kemana, dengan membawa semua penyesalan, malu serta
segala kesombongan dan keangkuhan yang sudah mendarah daging itu.
- Tentang Nur Sutan Iskandar ( Penulis)
Nur Sutan Iskandar lahir di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3 November 1893 – meninggal di Jakarta, 28 November 1975 pada umur 82 tahun adalah sastrawan Angkatan Balai Pustaka.
Nur Sutan Iskandar memiliki nama asli Muhammad Nur. Seperti umumnya lelaki Minangkabau
lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah. Gelar Sutan
Iskandar yang diperolehnya kemudian dipadukan dengan nama aslinya dan
Muhammad Nur pun lebih dikenal sebagai Nur Sutan Iskandar sampai
sekarang.
Setelah menamatkan sekolah rakyat pada tahun 1909, Nur Sutan Iskandar bekerja sebagai guru bantu. Pada tahun 1919 ia hijrah ke Jakarta. Di sana ia bekerja di Balai Pustaka, pertama kali sebagai korektor naskah karangan sampai akhirnya menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Balai Pustaka (1925–1942). Kemudian ia diangkat menjadi Kepala Pengarang Balai Pustaka, yang dijabatnya 1942–1945.
Komentar
Posting Komentar