Resensi Novel Novel "Jalan Menikung" (Para Priyayi 2)
Pengarang : Umar
Kayam
Penerbit
: Jakarta; Pustaka Utama Grafiti
Tahun Terbit : 1992
Tebal
: 184 halaman
Masih
ingat Para Priyayi, kisah tentang keluarga besar Soedarsono dari Wanagalih ?
Dalam Jalan Menikung ini kisah berlanjut dengan kehidupan Harimurti-
Sulistianingsih bersama anak tunggal mereka, Eko yang belajar di Sunnybrook,
Conecticut, Amerika Serikat. Sukses dalam studi dan ingin kembali ke tanah air,
ternyata Eko disandung oleh masa lalu ayahnya. Harimurti di pecat dari
pekerjaannya karena dianggap tidak bersih diri alias terlibat G30S/PKI. Atas
anjuran sang ayah ia tetap tinggal di Sunnybrook dan kemudian bekerja pada
sebuah perusahaan penerbitan di New York dan kemudian terpikat pada Claire
Levin, putri induk semangnya yang Yahudi-Amerika.
Perkawinan Eko
dengan seorang Yahudi memicu perdebatan hangat diantara orang tuanya dan juga
diantara suami-istri Lantip, kakak angkat Harimurti. Akankah Eko tercerabut
dari akarnya, yaitu kehilangan keindonesiaan, kejawaan, kepriyayiam, dan
keislaman ? Kunjungan ke Indonesia membuat Eko sadar bahwa dia telah menempuh
jalan menikung dari kerabat besarnya.
Amanat yang
Terkandung :
Perubahan
zamandisertai dengan kemajuan sains, teknologi, dan seni mengantarkan manusia
menuju peradaban yang lebih bebas dan transformasi budaya yang lebih cepat. Hal
ini tidak dapat dipungkiri, dan Umar Kayam mencoba menjelaskan tanda – tanda
peralihan tersebut melalui tokoh dalam novel Jalan Menikung ini.
Relevansi cerita
dalam novel ini juga
menggambarkan realitas kehidupan dalam sistem sosial yang ada di Indonesia
kini. Transformasi budaya sudah banyak terjadi di hampir seluruh kota – kota
besar di Indonesia. Tentunya hanya tinggal menunggu waktu saja, Indonesia akan
kehilangan identitas aslinya jika saja para penerusnya tidak berusaha untuk
melestarikan budaya asli Indonesia.
Komentar
Posting Komentar