Resensi Novel "Burlian"

Burlian

Judul Novel           : Burlian
Penulis                 : Tere Liye
Penerbit               : Republika
Halaman               : 339 halaman
Cetakan pertama : November 2009


Tersebutlah Burlian, anak desa pedalaman Sumatera yang lahir dari pasangan Pak
Syahdan dan Mamak Nur. Anak yang kelak ketika dewasa, menjadi penjelajah. Menjadi anak
yang memutus stigma bahwa anak-anak seusianya kelak jika dewasa semuanya akan menjadi
penyadap getah karet, pekerjaan umum yang ada di desanya, yang mayoritas dilakukan oleh laki-
laki.

Oleh ibunya, yang memiliki disiplin luar biasa, Burlian dididik amat ketat, sehingga
masa kecilnya dijauhi dari banyak sifat buruk yang merugikan orang lain. Namun, meskipun
begitu, Burlian tetaplah Burlian, bocah sekolah dasar dengan rasa ingin tahu dan kenakalan khas
anak seusianya; yang suka membolos.
Burlian, dan kakaknya Pukat, sering sekali membolos dari sekolah. Mereka berdua,
kakak beradik yang membolos bersama, biasanya melakukan hal ini hanya untuk sekadar
mencari belalalng di hutan, yang nantinya belalang tersebut akan dipamerkan pada teman-
temannya di sekolah.

Beberapa kali memang tidak pernah ketahuan oleh Mamak (panggilan anak-anak yang
disematkan pada ibunda mereka), sampai suatu saat akhirnya tercium juga segala kelakuan
nakalnya. Namun, mamak memutuskan tidak memarahi mereka berdua yang baru saja membolos
sekolah. Alih-alih memarahinya, Mamak memilih untuk mendiamkannya, dan hal ini tentu
membuat Burlian dan Pukat senang bukan kepalang, karena berpikir bahwa Mamak tidak marah
terhadap apa-apa yang mereka sudah perbuat.

Sampai pada paginya, sekitar jam subuh, Yuk Eli (panggilan Burlian dan Pukan untuk
Eliana) membangunkannya dari tidur mereka. Setelah Burlian dan Pukat bangun, mereka berdua
langsung disuruh oleh Eliana agar mencari kayu bakar di hutan. Tentu hal ini membuat Burlian
dan Pukat senang, karena akan tidak sekolah dan sepulang mencari kayu bakar bisa bermain
seharian.

Namun ternyata apa yang dipikirkan tidak terjadi. Ternyata, kayu bakar yang harus
dicari sangat banyak, sehingga mengharuskan mereka berdua untuk bolak-balik ke hutan, dan
membuat mereka menggerutu sambil berpikir jika saja hari itu mereka sekolah. Pada akhirnya
mereka sadar, lebih baik sekolah dengan benar, daripada mencari kayu bakar di hutan. Burlian
dan Pukat sadar akan hukuman yang dibawa Yuk Eli, yang mana hukuman ini berasal dari
Mamak tersebut.

Suatu ketika, ketika akhirnya Burlian kembali ke sekolah, didapatinya satu orang yang
sangat pendiam di kelas itu. Dia teman sekelas Burlian, namanya Ahmad. Karena tidak tega
melihat Ahmad yang pendiam itu selalu sendiri, akhirnya Burlian memberanikan dirinya untuk
berteman dengannya.

Siapa sangka, setelah berteman dengan Ahmad, Burlian justru mengetahui bahwa
Ahmad tidaklah seperti yang dia kira selama ini. Ahmad ternyata memiliki bakat besar yang
selama ini tidak diketahui banyak orang, yaitu; bakat bermain bola.

Bahkan, karena jagonya Ahmad membawa bola dan meliuk-liukannya di lapangan,
warga desa sampai menjulukinya sebagai Maradona Kampunga. Namun naas, saat tim Ahmad
yang juga tim Burlian sebentar lagi akan melaju pada babak final, kejadian tragis menimpa
Ahmad. Sebelum sempat bertanding, kaki Ahmad digigit oleh ular yang sangat berbisa, sehingga
mengakibatkan Ahmad meninggal dunia tidak lama setelah itu.

Suatu ketika, Burlian bertemu dengan Nakamura, mandor proyek pembangunan jalan
yang ada di desanya. Setelah beberapa kali bertemu dengan Nakamura, Burlian terlihat akrab
dengan dia. Dan kahirnya, karena Nakamuralah Burlian dapat melihat dunia luar. Nakamuralah
yang nantinya membiayai semua pendidikan Burlian, dan secara tidak langsung membantu
membuka jalan hidup Burlian agar sukses.

Pesan: Novel ini sangat bagus, novel yang secara tidak langsung memberi pengertian dan
semangat agar kita semua, selaku pembaca, dapat mengejar cita-cita setinggi-tingginya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Cerpen "Cinta Adalah Kesunyian"

Resensi Kumpulan Puisi "Hujan Bulan Juni"

Resensi Novel "Kubah"