Resensi Novel "Lelaki Harimau"
Lelaki Harimau
Penulis: Eka Kurniawan
Genre: Fiksi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I (Cover Baru): Agustus 2014
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-03-0749-7
Halaman: 204 halaman
Harga: Rp 50.000,- (terbitan Februari, 2016)
Di suatu sore yang jingga, saat orang-orang seharusnya sedang beristirahat menanti
malam, saat waktu yang tepat untuk menyeduh kopi lantas meminumnya di pelataran rumah,
warga desa dihebohkan oleh kabar bahwa Margio, membunuh Anwar Sadat.
Tidak tanggung-tanggung, Margio membunuh Anwar Sadat dengan menggigit leher
Anwar Sadat, menancapkan gigi-gigi tajamnya, menaringkannya di leher Anwar Sadat, lantas
mengoyaknya ke kanan dan ke kiri, membuat leher Anwar Sadat ambrol, kulitnya mengelupas
dan darah muncrat di mana-mana.
Anak Anwar Sadat, perempuan pertama yang mengetahui pembunuhan tersebut, lantas
berteriak ketika mengetahui ayahnya sudah menggelepar dalam kondisi yang mengenaskan;
kondisi di mana ayahnya sekarat namun sudah tidak dapat diselamatkan.
Warga desa datang dan menggiring Margio keluar dari sana. Dengan mulut yang
bersmibah darah, Margio keluar dengan tenang. Tepat ketika dituduh sudah membunuh Anwar
Sadat dengan sadis Margio membantah itu. Margio dengan tenangnya berkata,’ Bukan aku yang
membunuhnya, ada Harimau di tubuhku.’
Jelas saja warga tidak percaya pada apa-apa yang dikatakan Margio.
Apalagi, ketika menyadari bahwa Margio memiliki badan yang sangat besar, yang
memungkinkan mengunci badan Anwar Sadat ketika berontak. Meskipun di saat yang sama,
menggumpal pertanyaan di kepala warga. ‘Mengapa Anwar Sadat yang dibunuh oleh Margio.
Mengapa tidak ayahnya saja, Komar bin Syueb, yang mana selama Margio hidup, terus saja
menghidupi Margio dengan hidup yang keras dan penuh penyiksaan?’
Novel ini seperti novel dengan satu konflik namun sangat jeli untuk dikembangkan. Agak
susah membayangkan bagaimana Eka Kurniawan dengan cerdasnya melakukan hal ini. dengan
kecerdasannya, Eka berhasil membawa penonton tidak beranjak dari buku bahkanpun meskipun
itu hanya karena satu konflik cerita.
Di akhir buku, Eka akhirnya menjelaskan tentang pembunuhan tersebut. Tentu, penjelasan inilah yang sangat ditunggu-tunggu pembaca yang sedari awal sudah merelakan waktunya untuk diam dan membaca ini.
Pada akhirnya, pembunuhan memang tidak selalu mematikan manusia. Namun juga
mematikan kemanusiaan. Sesuatu yang sepertinya sudah lebih dulu mati di zaman ini daripada
manusianya.
Komentar
Posting Komentar