Resensi Novel "Ayat-Ayat Cinta"

 AYAT-AYAT CINTA 



Pengarang        : Habiburrahman El Shirazy 
Penerbit           :  Republika
Tahun Terbit    :  2004
Tebal               : 420 halaman 

Kisah dimulai dengan penggambaran suasana Mesir saat puncak musim panas. Penggambarannya sangatlah jelas, terdeskripsi dengan begitu tepat dan sangat terperinci, namun tidak menjemukan. Semua setting digambarkan dengan sempurna, selanjutnya bergantung sepenuhnya pada imaginasi tiap pembaca.  

Saya dapat membayangkan dengan jelas bagaimana kamar Fahri yang penuh dengan buku-buku tebal dan posisinya di bawah kamar mandi dan kamar tidur Maria, flat Fahri dan Aisha yang berada di Zamalek,delta Sungai Nil. Semua kisah-kisah yang diceritakan bagai mengalir begitu saja, namun deras dan sangat bermakna. Alur ceritanya membuat kita seakan-akan hidup di dalamnya dan mengalami kejadian- kejadian yang luar biasa di sana. Penulis bisa membawakan suasana sedih, haru, senang, kalut, dan pilu dengan sempurna. 
Siapapun yang membacanya akan merasakan suka duka seorang Fahri, betapa kagumnya saat pertama kali melihat wajah Aisha, betapa bahagianya menikmati malam zafaf (semoga tidak salah tulis ) yang suci, betapa kerinduan akan ibunya yang teramat besar, betapa bingungnya Fahri karena mengetahui betapa Nurul sangat mencintainya di saat-saat terakhir sebelum dia melaksanakan akad nikah dengan Aisha, betapa pilunya difitnah dengan kejam oleh Noura, betapa harunya membaca buku harian Maria yang tergolek lemah tak berdaya, dan merasakan betapa kuat kasih sayang-Nya kepada orang-orang beriman. Kita pun dibawa penulis untuk merasakan bagaimana perasaan seorang Maria ketika mengigau, lalu bangun dan dengan kalut menceritakan mimpinya mengenai surga, pintu-pintu surga, dan Maryam. 

Hanya dengan membaca surat cinta Nurul, kita dapat merasakan bagaimana perasaan cintanya yang begitu besar pada Fahri, bahkan hampir dibutakan karenanya. Juga surat-surat Fahri untuk Noura dan Nurul yang sangat bijaksana, begitu melukiskan semua perasaan serta rasa cintanya pada Allah SWT. Saya pun bingung, bagaimana secarik surat saja bisa begitu menggambarkan perasaan seseorang. Subhanallah 

Saya kagum dengan pengorbanan seorang Aisha. Demi menyelamatkan nyawa banyak orang, dia rela dimadu, rela suaminya berpoligami, bahkan Aisha-lah yang mendorong Fahri untuk poligami, dengan seorang Kristen Koptik walaupun dengan amat sangat terpaksa. Pengorbanannya juga tidak sia-sia, akhirnya nyawa Maria dan suaminya selamat, buah hatinya tidak akan lahir tanpa ayah, serta dia tidak akan secepat itu menjanda.

Sungguh, sulit mencari seorang isteri yang begitu sabar, tawakkal, dan bijaksana seperti itu. Baginya, suami adalah Imam. Semua uang yang dimilikinya dari keuntungan di 3 perusahaan, diberikan kepada Fahri, suaminya, untuk dikelola. Tidak salah Fahri memilihnya sebagai pendamping hidup.

Ini bukan novel kebanyakan, bukan pula kisah cinta buta yang sarat akan dusta. Ayat- Ayat Cinta dapat membuka hati Anda, mengenai kebesaran Allah, kurnia Allah yang sangat besar, serta rahmat-Nya yang tak terhingga, begitu universal. Inilah cinta yang Islami, yang penuh kesucian dan sakral.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Perihal Gendis"

Resensi Cerita Pendek "Penulis Tua"

Resensi Cerpen "Cinta Adalah Kesunyian"